Intel® Ultrabook™ 16 Maret 2012
Posted by Cah Maduran in Desa Maduran, Pengetahuan & Teknologi.Tags: Intel, Intel Ultrabook, laptop, notebook, Ultrabook
add a comment
Inilah sebuah kretivitas Intel dengan menggoda orang untuk ‘mencuri’ sebuah Ultrabook.
Intel menempatkan Ultrabooks di balik kaca di tempat umum. Mereka juga merantai palu pemecah kaca pada kotak kaca untuk menggoda orang yang lewat.
Kaca itu betuliskan ‘HANCURKAN KACA DEMI “ULTRABOOK”‘
Godaan akan keberanian para pengguna jalan di tempat umum untuk memecahkan kaca… adakah yang berani..???
Lihat Video ini :
Panen Raya Desa Maduran 23 Februari 2012
Posted by Cah Maduran in Desa Maduran, Pertanian.Tags: Desa Maduran, Electronic Candle, Jawa, Jawa Timur, Jual Lilin Elektronik, Kabupaten Lamongan, Maduran, panen padi, panen raya padi, penghasil padi terbesar, Pertanian
add a comment
Pada minggu-minggu ini, warga petani penggarap sawah di Desa Maduran sedang disibukkan dengan panen raya padi. Jika di rata-rata tiap sepertujuh hektare (petakan bumi 100) dihasilkan padi 8 kwintal (0.8 ton) sampai dengan 12 kwintal (1.2 ton) gabah atau sekitar 5.6 ton hingga 8.4 ton per hektare. Yah, hasil yang lumayan melimpah..
Harga jual gabah (langsung dari sawah) ketika di awal-awal panen raya mencapai Rp. 320.000 per kwintal, dan terus menurun hingga Rp. 300.000 per kwintal sampai dengan minggu ini. Para petani yang masih menunggu giliran para ‘pasukan orog‘ bekerja memanen padi mereka sudah khawatir harga padi akan terus melorot.
Tentunya ini menjadi kewajiban pemerintah khususnya Pemkab Lamongan untuk mengendalikan harga gabah agar tetap stabil dan artinya tidak merugikan para petani. Para petani yang mengerjakan sawah dengan luas bumi 300 (3/7 hektare) atau kurang yang paling merasakan dampak ini. Biaya produksi untuk menanam padi sangat tinggi sehingga jika harga jual padi semakin turun, maka tidak diragukan lagi, para petani tersebut akan merugi karena biaya produksi lebih tinggi dari hasil panen yang didapatkan.
Desa Maduran merupakan desa yang sangat produktif dalam produksi padi. Desa ini dilintasi sungai Bengawan Solo sehingga sistem irigasinya sangat baik dan memadai. Area persawahan di Desa Maduran (umumnya di Kecamatan Maduran) bisa ditanami padi dan panen sebanyak 3 kali dalam satu tahun.
Kabupaten Lamongan sendiri merupakan kabupaten penghasil padi paling produktif kedua se Jawa Timur setelah Kabupaten Jember dan diikuti Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Lamongan dengan luas area panen 134,14 ribu hektar (7,04 persen) menjadi salah satu andalan Jawa Timur dalam menghasilkan komoditi beras (sumber BPS Jawa Timur/2010).
Najib ‘Calon Leonel Messi’ Indonesia Dari Desa Maduran 13 Februari 2012
Posted by Cah Maduran in Desa Maduran, Sepak Bola.Tags: Andik Virmansyah, Desa Maduran, Jawa, Jawa Timur, Kabupaten Lamongan, Leonel Messi Indonesia, luar biasa, Maduran, Persela, Ronaldo
1 comment so far
Anak yang baru beranjak remaja ini mahir bermain sepak bola. Yah.. itu memang cita-citanya. Ingin menjadi pemain sepak bola profesional.
Bagi para pencari bakat… Anak ini mempunyai talenta luar biasa dalam bermain sepak bola, jadi jangan sia-siakan kemampuannya..
Video aksi Najib akan kami unggah pada posting berikutnya….
Warung Nasi Pecel dan Rujak Bu Lis 27 Januari 2012
Posted by Cah Maduran in Desa Maduran, Kuliner.Tags: Desa Maduran, Jawa, Jawa Timur, Kabupaten Lamongan, Kuliner, Maduran, Rujak, Rujak Buah, Wisata Kuliner
add a comment
Lokasi warung ini berada di depan kantor Kecamatan Maduran, tepatnya berada di ujung paling selatan dari jajaran warung-warung di depan kantor tersebut.
Terutama rujaknya… Rujak buah yang mantab…
Ayo dicoba…
Wisata kuliner tidak harus di restoran… di warung pun OK….
Menyambangi Tugu Peringatan Perang Kemerdekaan 1949 Di Maduran 17 Januari 2012
Posted by Cah Maduran in Desa Maduran, Sejarah, Sejarah Lamongan.Tags: Agresi Militer Belanda, Desa Maduran, Jawa, Jawa Timur, Kabupaten Lamongan, Kadet Soewoko, Maduran, Perang Kemerdekaan, Sejarah, Sejarah Bahsa Jawa, Sejarah Lamongan
add a comment
Sekilas Tentang Perang Kemerdekaan (Agresi Militer II)
Tugu ini dibangun untuk mengenang secuil dari sekian banyak kisah perjuangan rakyat Indonesia dalam rangka mengusir tentara Belanda yang ingin kembali menguasai tanah air setelah proklamasi 1945. Seperti tercatat di buku sejarah nasional Republik Indonesia, Belanda kembali melakukan serangan ke-2 terhadap Republik Indonesia pada tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta, setelah pada tanggal 19 Januari 1948 ditandatangani perjanjian Renville. Saat itu Yogyakarta berstatus sebagai ibu kota negara. Pada serangan tersebut ditangkap juga Soekarno, Mohammad Hatta, Syahrir dan beberapa tokoh lainnya . Ibu kota negara jatuh dan kemudian dibentuk pemerintahan darurat yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.
Serangan Umum 1 Maret 1949
Serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III -dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat- berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Sudirman, untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI -berarti juga Republik Indonesia- masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Soeharto pada waktu itu sebagai komandan brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di wilayah Yogyakarta. (dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Kemerdekaan_Indonesia)
Di Lamongan Jawa Timur
Di wilayah Jawa Timur tak terkecuali Lamongan, adalah daerah yang juga didatangi pasukan Belanda. Tepatnya di wilayah Desa Gumantuk Kecamatan Maduran yang menyimpan sebuah kisah heroik. Kisah pertempuran Tentara Nasional Indonesia (TNI) melawan tentara Belanda, (kisah ini akan disampaikan pada posting berikutnya).
Lokasi Tugu
Tugu ini terletak di sisi selatan sebuah perempatan jalan yang menghubungkan beberapa desa di sekitanya. Ke arah selatan adalah Desa Gumantuk, ke arah barat Desa Maduran dan Dusun Dempel (Desa Pangean), ke arah timur ke Kecamatan Karanggeneng, dan ke utara ke Desa Pegendingan dan Pringgoboyo. Tugu ini tepatnya masuk ke dalam wilayah Desa Gumantuk Kecamatan Maduran.
Kadet Soewoko
Pada dinding tugu, tepatnya di tengah-tengah dinding, terdapat sepotong marmer berbentuk segiempat yang terukir beberpa nama di atasnya. Beberapa nama tersebut adalah Soewoko (kadet TNI), Widodo (kopral TNI), Soekaeri (kopral TNI), dan Lasiban (kopral TNI). Kadet Soewoko dalam hal ini sebagai pemimpin dalam penyerangan tentara Belanda di Desa Gumantuk. Kisah heroiknya akan disampaikan pada posting berikutnya.
Kondisi Terkini
Tugu peringatan ini sekarang kondisinya tidak terawat. Pagar yang mengelilingi tugu pun agak rusak dan ditumbuhi rumput-rumput liar. Bahkan pagarnya yang terbuat dari besi pun hilang, entah karena rusak kemudian disimpan oleh yang berwenang atau mungkin juga dicuri orang.
Perhatian Pemerintah dan Pengenalan Sejarah Lokal Daerah
Pemerintah Kabupaten Lamongan seharusnya memberi perhatian pada aset-aset daerah yang bernilai penting bagi sejarah lokal. Kemudian Dinas Pendidikan juga harus mengenalkan kepada sekolah-sekolah tentang keberadaan tugu peringatan sebagai monumen untuk mengenang jasa para pahlawan lokal. Setahu dan seingat penulis, sebagai orang yang sewaktu kecil tinggal di sekitar tugu ini, belum pernah ketika sekolah dikenalkan terhadap tugu ini. Penulis tahu karena memang tinggal di daerah sekitar tugu tersebut.
Patung “Selamat Datang” Desa Maduran 10 Januari 2012
Posted by Cah Maduran in Desa Maduran.Tags: Desa Maduran, Jawa Timur, Kabupaten Lamongan, Maduran, Sejarah
add a comment
Patung Selamat Datang Desa Maduran ini dibangun pada akhir 1980-an. Patung yang berbentuk dua tangan saling berhadapan menopang sebuah segi lima dengan ukiran padi kapas ini dibangun oleh para mahasiswa dari IKIP Surabaya yang melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Maduran. Mengenai lambang dan makna lambang tersebut belum jelas, siapa yang menggagas dan kenapa menggunakan lambang tersebut.
Bagi yang mengetahui mengenai perihal lambang tersebut, silahkan tulis di komentar.